Monday, 16 April 2012

Geumpa

FLEE (verb):  to leave a person or place very quickly, especially because you are afraid and possible danger.
Meusipreuk...Meuhambo...

Jalan seketika penuh sesak dengan wajah-wajah khawatir dan curiga. Segala jenis kendara tumpah ruah mengisi ruas jalan yang biasanya lengang di kota yang tak seberapa ini. Walau dalam gelisah yang massal tak ada klakson yang panjang, terburu dan sabar menjadi padu yang ganjil. Sebagian yang baik hati malah siaga di persimpangan mengurai raut kusut lalu lintas. Motor-motor dipersilakan menggunakan jalur pejalan kaki yang lengang pejalan kaki, motor-motor dibantu melintas median, semuanya dalam ikhtiar menyelamatkan diri.

Sesekali ibu-ibu yang duduk di kursi belakang motor  menyeka air mata sembari tak lepas komat-kamit berdoa. Tas ransel besar atau buntelan berharga tak lupa disandang, diselamatkan  jika sempat. Telepon genggam menjadi harapan yang kurang dapat diandalkan, namun tetap diusahakan. Nomor-nomor dicoba, siapa tahu ad sedikit ruang di udara hingga sampailah pesan atau suara ini sekedar bertanya dimana sekarang.

Anak-anak digendongan, ditenangkan dengan sentuhan yang tidak tenang dalam lari-lari yang galau. Naluri keluarga buncah oleh keinginan bersama hingga cari mencaripun menjadi pemandangan. Dalam pelarian, beberapa menangis, beberapa berdoa, beberapa tetap sibuk dengan telepon genggam, sibuk dengan gambar bergerak pekat dalam pikirannya masing-masing.

Di sudut-sudut jalan terlihat amatir atau profesional sibuk dengan alat perekam, mencoba mengabadikan panik yang tergantung di wajah, jalan, hingga pepohonan. Baju yang dipakai tak lagi penting,  pakai sendal atau tidak juga tidak penting, karena yang terpenting adalah berlomba dalam tiga puluh menit yang telah menjadi pengalaman.  

Sebagian yang berani coba tunggu di pinggir sungai, melihat apakah ada riak dan gerak air yang tak wajar sebelum berkeputusan untuk lari menyelamatkan diri. Sebagian termangu di pinggir-pinggir jalan menunggu berbuat sesuatu, menatap khawatir dalam pawai wajah-wajah takut dan harap yang bergerak cepat dan lambat. Inilah dia saat itu-saat semua diseret kembali pada kenangan pahit delapan tahun silam.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
EARLY WARNING SYSTEM

Seorang bibi berkata, agaknya gempa ini ada baiknya pula. Seperti pengingat untuk kembali pada jalan yang benar. Jalan yang lurus. Bencana ini seperti Early Warning dari Tuhan akan lupa yang selalu menjadi dalih manusia. Pada hari itu, perasaan delapan tahun lalu disisipkan kembali pada setiap hati. Nuansa takut dicairkan kembali. Perasaan aman diobrak-abrik, ketidakpastian dijejalkan. Segala bangga dilunturkan, membuat hati menjadi ciut kembali, dan disadarkan bahwa manusia hanyalah manusia. Lemah.

Sebelas April lalu hanya satu perangkat Early Warning System yang meraung di kota ini, sedang lainnya tak bekerja, mungkin juga ikut panik dan melarikan diri. Lagi pula hanya segelintir orang mendengarnnya. Tapi yang pasti Sistem Peringatan Dini Tuhan lebih maha. Perasaan Takut. Rasa takut ini menjadi pacu dan picu untuk segera menyelamatkan diri, karena tersadar akan salah dan luput yang lekat, dan ingin waktu yang sedikit lebih untuk memperbaiki.

Dan mudah-mudahan Early Warning System dari Tuhan ini tidak pernah terlambat, hingga senantiasa kita dapat selalu teringat dan memelihara takut dan harap.
 -----------------------------------------------------------------------------------------------------------
ALAM DAN MANUSIA

Mungkin akhirnya saya bisa percaya dengan firasat walau sebelumnya tak pernah. Sesiang itu perasaan tidak nyaman menggelayut dalam diri. Rasanya bukan karena panas cuaca. Bukan pula karena rasa. Hanya suasana menjadi berbeda. Ada ketidaknyamanan yang menggantung. Tak bisa tidur, tak bisa pula mengerjakan hal lain. Seperti ada yang salah tapi tak tahu apa, seperti ingin yakin baik-baik saja namun tak bisa. Begitulah siang sebelum gempa itu.

Ternyata keadaan ini bukanlah abstrak, sehari setelah gempa, ada liputan di telivisi tentang ciri-ciri akan gempa. Salah satunya adalah udara yang yang berubah. Fenomena ilmiah yang mungkin sulit digambarkan, namun nyata ketika dirasakan.

Karena itu pula saya teringat ujar pembicaraan dengan ibu setelah gempa. Kata beliau suasana terasa berbeda 
di saat gempa datang. Seperti lengang yang kikuk mengisi udara. Tapi sekali lagi sangat sulit digambarkan, tapi sangat jelas dirasakan.

Mungkin itu pula sebabnya salah satu ciri-ciri akan gempa lainnya, hewan-hewan menunjukkan perilaku berbeda. Di Simeulu katanya kerbau-kerbau berkumpul, atau seperti delapan tahun lalu, burung-burung terbang berkelompok. Mungkin mereka lebih peka akan berubahnya sesuatu pada udara seperti yang dikatakan para ahli di televisi itu.

Kejadian siang itu membuat saya kembali tersadar bahwa sebenarnya manusia pun adalah bagian dari orkestra alam yang tidak kepalang raya. Namun terkadang terlalu bangga, menarik diri untuk tahta yang diciptakan sendiri dan kemudian menobatkan diri menjadi menjadi raja di atasnya. Tidak lagi selaras dengan semesta, menjadi sombong.   

Walau demikian Alam tetap rendah hati. Hubungan layaknya ibu dan anak. Ada ikatan yang tak kasat mata, terjelma dalam firasat dan rasa yang ditercipta. Terkadang Ibu memberi tahu, tapi anak bebal dan berpaling acuh. Terkadang Ibu mengingatkan, tapi anak hanya berkata ‘ah’..... Begitulah anak. Manusia ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 
50/50

Apakah akan datang tsunami setelah gempa? Tak pernah ada yang dapat segera menjawab. Bahkan ahlipun butuh waktu untuk tahu. Bila telah lepas dari segala ilmu pengetahuan dan nalar maka jawabannya pun ada pada kata ‘kun’ Tuhan.
Apalagi bagi kami manusia yang resah gelisah memenuhi isi jalan ini. Tidak pernah tahu pasti apa yang terjadi. Bahkan untuk bertanya lewat teleponpun bukan perkara yang mudah. Namun yang pasti insting menyelamatkan diri adalah satu satunya ikhtiar yang bisa dilakukan sesambil berdoa pada Tuhan.
Tidak ada yang pasti....

1 comment: