The Waiting Place: Australia day

Tanggal 26 lalu adalah australia day... Di city banyak acara diadakan, termasuk upacara bendera. Tapi yang menarik adalah pawainya, seperti pawai 17 agustusan di Indonesia. Namun beda dengan di Indonesia yang ditampilkan di Melbourne adalah grup-grup etnik dari seluruh dunia dan beberapa klub yang ada di sini. Australia memang negara imigran. Penduduknya datang dari seluruh penjuru dunia.

Melihat pawai ini, saya jadi ingat dengan pawai di Indonesia. Walau hanya dengan suku-suku lokal saja, sudah tak terhingga diversitas budaya yang bisa kita lihat, pawai meriah. Viva Indonesia... he...he..

Melbourne memang kota multicultural, melting pot istilah kerennya. Orang dari berbagai bangsa di dunia datang ke sini. Apalagi Melbourne menjadi salah satu tujuan favorit pelajar internasional. Di fakultas saya saja, terkadang saya merasa disorientasi, Saya sedang di Melbourne atau sedang di Asia. Kira-kira dari 3 ada satu orang asianya. atau mungkin bisa dua.

Berbicara tentang multikultur adalah hal menarik, kalau mau dilihat dari kacamata positif, dengan adanya perbedaan ini kita bisa belajar lebih banyak tentang mengenal orang lain, lebih toleran. Tapi kalau diperhatikan, tetap saja si yang Asia temenan dengan Asia, yang native temenan dengan native. Atau itu hanya perasaan saya saja. Entahlah.

Namun ada hal yang menggelitik dalam pawai ini, yaitu persatuan Indonesia tidak ikut ambi bagian dalam perhelatan ini. Padahal kita adalah tetangga dekat Australia dan komunitas indonesia di Australia cukup besar. Mungkin karena kita lagi punya sedikit masalah dengan Australia. Waktu pawai kemarin saya memang bertanya-tanya apakah orang Indonesia bakal ikutan. Satu persatu perkumpulan dari negara asia tenggara lewat, Thailand, Filipina, Vietnam, tapi Indonesia memang tidak ikut. Dan yang menarik juga, tidak ada perkumpulan orang aborigin dalam pawai ini. Entahlah mengapa, mungkin mereka juga sedang punya masalah dengan Australia. Siapa yang merdeka?