Tuesday 21 February 2012

Seindah langit-langit yang dibiarkan biru rona laut
Atau jejak yang terdera pada pasir yang lembut awan
Semua rasa tumpah bagai hujan yang sebentar
Menerjemahkan setiap tatap yang terlalu teduh
Meminjam semua prasangka tentang sayang
Di kala menera rasa pada hati yang lapang

Angin bertiup, gelombang terkembang
Dua makhluk kecil gegap kejar dikejar
Menuju sejuk yang menjelma rumah
Peluh dalam luas bentang syahdu
Untuk sederhana cahaya yang tergesa
Dan sapa ramah mentari tengah hari

Sementara hari menjadi kisah yang lain
Saat indah kata tengah berlayar
Singkap segala rahasia singkat
Tentang serpih ingatan yang tersimpan
Seperti pejam pada cerita pengantar tidur
Setelah lelah yang permisi untuk mendera

Teguk hilangkan dahaga
Dan resah sublim lewat udara
Mencari tempatnya di hati para pengelana
Rindu gema canda yang indah
Papar pada semangat yang penuh
Untuk jujur pada hati sendiri

Tentang laut
Adalah nyata yang pernah dibicarakan
Waktu kita bekejaran pada udara yang terhirup
Berbincang tentang sesederhana itu kita larut
dan sesederhana itu pula kita lupa
Tentang sederhana yang ringan namum menyenangkan

Wednesday 15 February 2012

Bercermin pada Mbak Agnes

Proses perburuan ini memanglah tidak mudah, rasanya seperti Agnes Monica di kala lalu yang selalu berujar ingin Go International kalau ditanya wartawan. Begitu pula dengan saya apabila ditanya teman-teman tentang rencana ke depan. Ingin mengejar scholarship untuk sekolah abroad dengan bangga saya jawab. Tapi berbicara selalu lebih mudah dari pada bertindak, seperti slogan yang sering diangkat dalam beberapa iklan rokok di negeri kita itu.

 Dan nyatanya Mbak Agnes sempat jadi olok-olokan orang senegara gara-gara mimpi 'Go International'nya itu. Impiannya itu memang tak kunjung terwujud sejak pertama dilaunching, atau walaupun terwujud hanya jadi pemain figuran atau kolaborasi nyanyi dengan hanya kebagian sebait dua bait saja. 

Untungnya si Mbak Agnes ini tidak putus asa dan terus berjuang hingga akhirnya berhasil 'Go International' beneran (jadi nominasi di MTVEMA 2011 dan duet dengan penyanyi brasil itu). 

Sebenarnya bukan maksud membahas panjang lebar tentang mbak Agnes ini, hanya saja analoginya mirip saja dengan proses mencari beasiswa ini, penuh perjuangan. Harus tes inilah, itulah, cari ini, itu, halahh... (Kata mama tak boleh berkeluh kesah)he.... 

Tapi yang terpenting mudah-mudahan ending pencarian ini juga sama dengan kisahnya si Mbak Agnes. Berhasil alias suksess. amiin. Seperti kata pepatah berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian.

Maka untuk pesan untuk diri saya sendiri contohlah si Mbak Agnes yang gigih dan fokus terhadap impiannya, niscaya semesta akan mendukung, dan keberhasilan akan tercapai..

PS: Mbak Agnes kenalan yuk!

Tuesday 14 February 2012

Senanglah bermain kata berbolak balik ini
Agar maksud samar tersampaikan
Begitu malukah untuk jujur?
----------

Egois
Maaf bila saya hanya datang ketika hati mulai renggang dan butuh perekat instan
Maaf terkadang saya tersisa diam kala kamu mulai ingin berbagi terang
Gelap adalah selubung yang retak rentan
Namun begitu resah untuk lepas utuh
Seperti berteman lekat dengan cekat yang sulit lerai
Begitu gebu rasa ini untuk sembunyi
Sedang kamu mengira langitku begitu labil
Dan maklum untuk segala awan yang tak lagi cerah
Maaf
-----------

Tak tega untuk mengeluh
Sementara merdumu begitu syahdu mengalir
 -----------

Sunday 12 February 2012

Virtual Exhibition

I dreamed to held a mini exhibition in my hometown, Aceh, a couple time a go. But time is going so fast, and I need to do another things now. So I postpone my dream. By the way I have finished making the  dream exhibition's catalog. I hope, even though you can't see my real exhibition, you can enjoy my painting through this  catalog. Enjoy. 


Biar bahasa ini menjadi debar dan kabur
setiap lafalnya menjadi lidah yang terpelintir
setiap bunyinya menjadi samar dan lebur
Susunannya menjadi baris yang hanya segelintir
----------

Dari seorang teman kakak:
Saya belajar agar senantiasa rendah hati
Sadar masih banyak di luar sana yang belum saya pahami
----------

Distraction
Dimana ada kamu saya akan berpayung
Mencari seteguk kilas untuk sekedar petikan jari
Berlupa akan alur yang restu
Bersembunyi dalam samar dan bebayang kabur
Menapak setapak yang dirangkai dari batu tanya
Tersandung dan terjengkal dengan tawa
Berdebu darah namun berpendirian dengan senyum
Walau perih tapi mari sembunyi ringis
Sementara alih adalah gua yang nyaman teranyam
Layaknya bicara tentang langit yang subur awan
Sedang hitam lumpur mulai tertelan
Pergi dan senyaplah semua kata dibalik batuk
Hilanglah semua tirai yang tutup
Lenggang remah hati yang telah penuh
Butuh kembali pada jalan yang lurus
Jalan orang-orang yang genap tenang luruh
------------

Alpa
Alpa karena kata telah menjual harga diri
Alpa karena tangan tak berani lagi mengadah
Alpa karena hujan telah menjadi rasa yang hambar
Penuh kosong dan hampa yang remuk redam
---------

Apakah kita perlu banyak tanya
Lebih baik mungkin diam saja
Taklah perlu semua gelisah ragu
Biarlah pahammu kau simpan dalam hatimu
dan tebakku menjadi bungkam rapat dalam pikirku
Sampai di suatu titik pahammu dan tebakku bertemu
berbicara dalam jari telunjuk yang didekatkan ke bibir
tanda senyap yang harus dipelihara
Sedihku telah lebur karena itu
Sedang gelagatmu seperti langit abu berawan
Menunggu tumpah menanti ruah
Aku dalam bab yang lain akan menjadi wadah yang telah penuh
Menanti khawatir luapan yang akan coba kita padu
Penuh tanya dan air mata yang tertunda untuk tergenang
Sebab gelagap begitu tergesa menyerang
Mengharap buncah yang tak mengerti akan jadi apa
Karenanya aku akan diam saja
----------

Dentang ini makin cepat
Menggemburkan tanya yang tertanam dalam
Menyuburkan semesta kelam
Apakah putih akan datang menjemput
Apakah ia lupa aku di mana
------------

Lalang manusia berlalu seperti lebah madu
Tentu mencari madu manis rindu
Berjuang bagai lebah pekerja yang menghamba
Bertaruh harga diri yang tegak julang
Berebut menuju langit yang cerlang tinggi
Gamang akan titik tuju, namun tetap titip peluru
Meluka dan meretas gesa
Bersiap perih tanpa ingin kalah
Dalam gelap dan terang berganti datang
Mencipta silau mata pada pagi siang dan petang
Sedang pekat adalah masa menguras kesedihan
Kering dan genap sudah perih redam
Sehingga pulang benar ingin pulang
Pulang pada topeng yang tersingkap
Dan jubah yang surut di lantai
Tak ada lagi tirai tak perlu lagi buai
Rindu telanjang
Penuh jujur kata dan hati