Sunday 28 July 2013

Saman

Badan saya super pegal pagi tadi. Saya kembali menari.

Kemarin saya latihan saman, dengan grup saman indomelb. Itu adalah latihan saman pertama saya di sini. Saya mendapat informasi tentang klub saman dari teman yang saya tumpangi untuk akomodasi sementara dulu. Senang sekali rasanya bisa menari. Tapi.... sayangnya saya cuma laki-laki sendiri yang lainnya adalah perempuan.. hah.. Tapi tak mengapa. saya tetap semangat menari.

Tanggal sebelas nanti katanya akan ada acara, jadi kemungkinan grup saman ini akan tampil. Pada latihan kemarin, kami mulai latihan beberapa gerakan, beberapa berbeda tipis dengan apa yang pernah saya pelajari, beberapa adalah gerakan yang belum pernah saya pelajari. Saya lumayan lemot ketika belajar gerakan baru, mungkin faktor U. Tapi apapun asal dikerjakan dengan hati gembira mudah-mudahan berkah.

Hal yang sangat kebetulan adalah, saya bertemu dengan dua orang yang sebelumnya saya kenal dalam grup saman tersebut. Seorang adalah orang aceh, yang dulunya pernah membantu saya dalam proyek UNICEF, dan seorang lagi adalah teman kakak saya yang saya minta bantuannya untuk mencari akomodasi sementara sebelum saya tiba di sini. Setelah kejadian itu banyak yang berkelakar bahwa dunia ini begitu sempit..ha... Tapi sebenarnya seperti teori yang dipegang teguh kakak saya akhir-akhir ini 'pertemuan, maut, rejeki, jodoh,....adalah kehendak Allah'

Entahlah apa yang akan terjadi nanti ketika saya telah sibuk kuliah. Apakah saya masih bisa bersaman ria, menikmati menari? Tapi seperti kata seorang teman. Hiduplah sekarang! jangan mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi...

Ciao.........

Craft & Quilt Fair

'Barisan nenek-nenek dan ibu-ibu mengantri di loket tiket itu,
hanya ada seorang anak laki-laki muda yang ikut mengantri, saya'



Ada beberapa alasan sebenarnya saya ingin datang ke acara ini. Pertama ini adalah acara seni, dan saya suka seni apapun bentuknya. Kedua saya teringat ibu saya yang suka merajut. Kalau ada ibu di Melbourne, mungkin ibu akan tahan seharian berada di sini, tak perlulah berbahasa, karena seni mempunyai bahasanya sendiri, universal. Ketika fair ini warna-warni, dan saya suka warna-warni.

Berjalan-jalan di antara, hasil karya orang lain membuat saya takjub dan iri. Menyadari bahwa senimannya mungkin hanyalah nenek-nenek biasa yang dengan sahaja menyambung kain demi kain untuk membuat selimut untuk cucunya, telah membuat saya berfikir bahwa sebenarnya seni itu begitu luas macamnya dan ia begitu erat kaitannya dengan tataran emosional.

Di dalam hanya sedikit pria yang saya temui, sebagian adalah penjual, sebagian adalah suami-suami baik hati yang bersedia menemani istrinya berkeliling, dan sebagian lagi kakek-kakek yang agaknya juga menemani sang nenek. Ternyata dalam seni juga ada pembagian gender. Bahkan untuk hanya menikmatinya, bukan terlibat di dalamnya. Toh terlibat juga tak masalah.

Apakah aneh melihat nenek-nenek di sebuah bengkel kayu, berkutat dengan gergaji dan palu, membuat pesawat mainan, atau kakek-kakek duduk di kursi malas menghadap ke jendela, menggerakkan jarum rajut merangkai sehelai shawl. Ha...ha..


Budaya kerajinan tangan di sini cukup kental, terbukti berbagai stan rajut, kue, quilt, cross stitch, menyesaki aula yang lumayan besar. Pelatihan-pelatihan singkat di sana-sini, semua orang bersemangat untuk sekedar beli glitter atau benang rajut. Melipat kertas, memotong kain, mengait benang adalah kegiatan di mana-mana. Saya teringat ibu di rumah yang tak lepasnya menghitung ketika merajut. Saya membeli 4 benang untuk ibu. Semoga ibu senang.

Apapun itu, saya sangat suka acaranya. Saya sangat suka ide dengan seni lintas media. Bagaimana kita bisa memanen ide-ide segar dari bidang yang lain. Dan saya juga suka Melbourne yang menyajikan ini semua. Menekan kesombongan saya untuk melihat lebih luas apa yang telah dibuat orang lain. Karena seperti apa yang diceritakan seorang teman." Kalau kamu ingin belajar menjadi hebat, datanglah ke kota besar, pelajari apa yang telah orang buat, bercerminlah.."

Melihat hasil karya ini saya ingat, karawang gayo, dan lihat ia mendapat penghargaan, mungkin kalau mereka melihat karawang gayo yang asli, mereka akan menjadikannya juara pertama

berbagai karya yang dipamerkan

"Kamu punya dua mata, mereka punya dua jarum rajut,
 jangan macam-macam dengan wanita yang merajut".
-Terjemahan bebas dari quote di sebuah stan-

Saturday 27 July 2013

Memori yang Kita Hidup di Dalamnya


"Sepulang sekolah ibu telah menunggu kami di pintu kecil belakang sekolah. Lalu bersama kami menyusuri jalan belakang sekolah menuju rumah. Seperti biasanya kami minta dibuatkan oleh ibu bando dari bunga liar yang tumbuh di pinggir jalan. Aku memetik bunga liar untuk bandoku. Aku bahagia karena kupikir, aku dan adikku sangatlah beruntung, karena ibu mungkin satu-satunya ibu di dunia yang bisa merangkai bunga liar pinggir jalan menjadi bando yang indah"

Ini adalah gambar memori kedua kakak saya ketika mereka TK, jelas saya belum lahir ketika ini, tapi saya tahu kejadian ini karena cerita kakak saya dan pengalaman saya sendiri yang selalu lewat jalan belakang TK untuk pulang ke rumah bersama ibu. Ketika menggambar banyak detail yang saya tidak ingat dan berakhir dengan improvisasi. Memori saya tidak begitu kuat untuk menangkap setiap detailnya, tapi tetap mampu untuk merekam suasana ketika itu.

Belakangan ini, pemikiran tentang memori kerap berkelebat dalam kepala saya. Film yang saya tonton, grafis yang saya lihat, buku yang saya baca, atau sekedar perbincangan acak dengan kakak saya banyak bersinggungan dengan topik ini. Entah mengapa akhir-akhir ini kilas-kilas masa kecil saya sering numpang lewat dan menyumbangkan seulas senyum. Entahlah.....

Awalnya saya mempunyai teori saya sendiri dengan memori. Menurut teori itu, manusia memiliki rentang waktu tertentu untuk ingatannya. Mungkin rentang itu dua puluh tahun, karena sekarang kenangan-kenangan yang saya ingat adalah masa-masa ketika saya masih duduk di bangku TK dan awal-awal masa SD. Ketika kita bertambah tua, batas itu terus maju sesuai dengan umur. Asumsi ini saya buat karena melihat orang-orang yang telah tua selalu bercerita tentang masa mudanya, mungkin ketika ia berumur 20-30 an.

Tapi menurut kakak saya teorinya bukan seperti itu, memori yang berkesan, akan terus berbekas, bahkan ketika kita sudah tua, kenangan ketika kecil masih mungkin kita ingat, asal itu mempunyai nilai yang sangat kuat dalam diri kita. Mungkin penjelasan lebih masuk akal.

Di suatu titik saya takut menjadi tua dan lupa. Keluarga kami tak punya rekaman apa-apa yang terjadi ketika kami masih kecil. Album-album foto kami dilunturkan oleh tsunami 2004 lalu. Jadi yang tersisa hanya ingatan-ingatan kami yang tak seberapa. Dan berbicara tentang foto, ia bekerja dengan cara berbeda dengan memori. Suatu kejadian tak perlu terlalu berkesan untuk dicetak di selembar kertas seperti halnya memori. Tapi foto seperti pintu masuk untuk memori-memori di masa lalu, yang mungkin terlupa karena terkadang tidak begitu berkesan pada saat itu, namun bisa jadi sangat berkesan saat ia dibuka kembali. Terkadang saya iri dengan orang-orang yang memiliki album foto masa kecil.

Memori pun bekerja dengan caranya sendiri. Dalam perbincangan dengan kakak, saya mendapati sesuatu yang menarik. Dalam bingkai masa lalu, sebuah kejadian yang sama, waktu yang sama, orang-orang di dalamnya bisa jadi memiliki memori yang berbeda. Bagian atau detail yang diingat bisa sangat beragam. Misalnya kakak saya ingat detail rumah kami di masa lalu, sedang saya tidak. Kakak mungkin mempunyai lebih banyak hubungan emosional dengan rumah lama kami, sedang dalam diri saya, itu hanya sekedar rumah tempat tinggal. Betapa misteriusnya hubungan kita dengan memori...

Pada awal saya tiba kota baru ini, saya mulai malas mengambil foto. Saya berfikir pengalaman akan lebih berharga dari pada foto-foto, sangat paradoks memang dengan kenyataan bahwa sekarang saya merindukan foto-foto masa kecil. Tapi akhir-akhir ini saya mulai mengambil foto lagi. Saya butuh mengambil foto-foto ini. Karena saya tidak pernah tahu apa yang saya ingat dan lupa ketika tua nanti. Dan mempunyai album adalah suatu jendela yang menjembatani memori dan hal-hal yang berkesan pada waktunya.

Titou

Thursday 25 July 2013

LES ANIMAUX

My latest project...
Saya membeli sebuah buku di savers....



Dan berakhir seperti ini



















Dockland Tour

Sudah dua hari ini saya mengikuti program orientasi Melbourne School of Design. Bertemu teman-teman satu fakultas, dari bidang arsitektur, lanskap arsitektur, urban planning, urban design, property, construction management. Hal yang menarik di hari kedua ini, khusus mahasiswa internasional, kami di ajak ekskursi ke Dockland, salah satu redevelopment project area di Melbourne. Pemandu turnya adalah orang yang langsung berkecimpung langsung dalam perencanaan area ini. Saya belajar banyak dari penjelasannya. Sangat menarik namun terkadang karena keterbatasan saya dalam berbahasa Inggris ada bagian-bagian yang 'lost in translation'. Namun terlepas dari itu saya ingin berbagi tentang apa yang ia katakan.

//Sedikit Back Ground//
Dockland adalah kawasan yang dulunya adalah pintu gerbang masuk barang-barang ke Melbourne, namun kemudian bergeser fungsi menjadi daerah pengembangan baru yang terdiri berbagai macam penggunaan lahan, dari residensial, komersial, sampai daerah wisata. Dalam proses pengembangan kawasan ini, banyak hal-hal yang direncanakan ternyata tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan. Lahan-lahan yang penggunaannya tak sesuai harapan, tanaman-tanaman yang susah tumbuh, sampai masalah-masalah sosial.
Namun dari sana Dockland berbenah walau terkadang tersandung masalah politisasi dan kebijakan. Selalu menarik mendengar kisah orang-orang yang tak hanya tau teori, tapi langsung terjun ke lapangan...Ini adalah beberapa poin yang pelajari hari ini.

in progress





//Persepsi tentang Open Space//
Bukankah bagus kalau kita punya open space yang banyak? Ternyata tidak selalu poinnya sebenarnya bukan di kuantitas tetapi di kualitas dalam artian fungsi dari open space itu sendiri. Di Dockland banya open space yang dibangun, namun tidak sesuai yang diharapkan, misalnya ada sebuah piazza yang sangat dingin musim dingin karena berada pada lorong angin, dan sangat panas pada musim panas, bahkan tidak mungkin duduk di piaza itu untuk menonton konser seperti yang direncanakan.
Ini adalah open space yang kurang berhasil, idenya open space ini adalah IT space, hub dimana orang-orang bisa mengakses hotspot, dll. tapi fungsi ini tidak terdefinisi dengan jelas. Walaupun mereka memberi elemen desain interaktif pada lantai dan dinding ruang, makna ruangnya tak tergambarkan. Satu hal lagi banyak open space kecil-kecil seperti ini di Dockland, sekilas kalau mendengar banyak open space, saya berpikir pasti banyak orang yang duduk-duduk, menikmati, Tapi ternyata tidak selalu, ketika ia tiba pada kenyataan, bukan hanya gambar rencana, bisa jadi ia tak seperti yang diharapkan.
//Way Finding System//
Dalam urban planning ada sebuah rahasia umum. Kalau perencana menggunakan wayfinding system dalam mengarahkan orang. Dalam sense tertentu perencanaan mereka telah gagal. Hal ini karena mereka gagal mendefinisikan ruang-ruang lewat perencanaan. Mereka gagal menerapkan prinsip hirarki. Sebagai contoh jika jalannya lebar, maka sensenya adalah kawasan-kawasan yang lebih komersial, namun ketika jalannya dibuat lebih sempit, artinya menuju lokasi-lokasi residensial..kira-kira seperti itu.
//Active Frontage//
Ini adalah konsep fasad bangunan, terutama pada lantai dasar. Konsep ini membuat bangunan mempunyai nilai yang lebih untuk manusia. Contohnya seperti ini bila kita melewati bangunan yang covernya hanya kaca pasti kita akan cenderung berlalu begitu saja (kecuali kalau toko dengan display oke kali ya..heee), tapi ketika ketika ada bangunan yang fasadnya berbeda kita akan lebih aware dengan bangunan itu dan nilainya untuk manusia akan lebih tinggi. Kepiawaian menggunakan material sangat penting disini. Konsepnya sangat bagus untuk area komersial. Pelalu lalang akan dapat berinteraksi dengan fasad bangunan tak jarang menyebabkan mereka tertarik untuk masuk ke bangunan
//Traffic Jam is good//
Kidding? Dari segi komersial jika kalau banyak mobil-mobil berjalan perlahan maka akan lebih tinggi kemungkinan mereka untuk berhenti dan berbelanja.. ha...ha... Konsepnya bagus ketika kita merencanakan jalan dengan desain tertentu yang bisa mengontrol kecepatan kendaraan.
//Community Participation//
Sound really good concept. Tapi ketika sampai ke lapangan hal ini adalah hal yang sulit dilakukan karena setiap orang memiliki ide mereka masing-masing, dan untuk menyatukannya adalah hal yang luar biasa heboh. Bisa dibayangkan.
//Human Scale//
Sudah sering mungkin dengan istilah ini, tapi saya baru mendapatkan sensenya tadi.. aspeknya banyak, bisa jadi skala keruangan, bagaimana manusia merasa sebagai manusia di suatu tempat. atau yang lebih menarik bagaimana manusia merasa sebagai manusia dari perspektif sosial. 
Ini adalah sebuah taman pokot di dockland. dan dua foto dibawahnya adalah bangunan di kiri kanannya. yang manakah bangunan yang lebih humanis? Menurut sang pemandu adalah yang mempunyai balkon. karena ini desain balkon ini bisa mendorong komunikasi antara pejalan kaki dan dan orang yang berada dalam gedung. Contohnya jika ada orang yang ditodong di bawah trus dari balkon orang itu bisa berteriak "JANGAN GANGGU DIA" ha...ha
//Keep trying//
Ternyata setiap proses pengembangan area itu adalah proses pembelajaran. Trial and error.
Banyak lagi yang dijelaskan tentang bidang perencanaan ini yang membuat saya kembali semangat mempelajari bidang ini. Dan yang membuatnya sangat menantang adalah karena elemennya adalah hal-hal yang sangat dinamik, manusia dan alam. Saya melihat diri saya sendiri, bagaimana kalau mood saya hari ini sedang jelek, atau bagaimana kalau saya senang hari ini... Dari sisi alam bilang, mulai hari ini akan banyak hujan. Atau sang pohon sedang musuhan dengan tanah berpasir. Hal-hal seperti itu,, dan perencana,arsitek, arsitek lanskap mencoba untuk berkompromi dengan itu semua, lewat pola-pola sebelumya, yang terkadang bisa berhasil ataupun gagal. 
Saya teringat dengan kaos yang dipakai pemeran utama film CIN[T]A: GOD IS AN ARCHITECT. and HE IS A REAL GREAT ARCHITECT..manusia hanya dipinjamkan sedikit keahlian arsitek-NYA

Foto yang lain
Public Art
di bawah jembatan
Add caption
Other MSD students

Ciao...


Skydeck Adventure

Skydeck adalah bangunan tertinggi di Melbourne. Bangunan ini digunakan sebagai dak observasi sepertihalnya Empire State building di New York. Ini adalah gambar perjalanan saya ke sana dan beberapa gambar Melbourne dari ketinggian