Friday, 28 June 2013

Little Bit History

Si Bapak Pemandu menerangkan tentang Flagstaff Park
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa sudah tiga minggu berada di sini. Kali ini saya ingin berbagi kisah excursion pertama dalam program orientasi di UniMelb. Saya memilih program yang berkaitan dengan suku asli Australia, Aborigin. Hanya ada tujuh orang dari sekitar 4 lusin student IAP yang memilih program ini, selebihnya, memilih program rock climbing, mengunjungi melbourne zoo, menonton footie (australian rugby), dan menonton cabaret. Jadi kami ekslusif atau malah seklusif, he...

Belajar beberapa hal tentang suku yang dulunya mendiami area yang sekarang jadi kota multibudaya ini, belajar sedikit lokasi-lokasi bersejarah di Melbourne.

-Kami diajak ke taman yang merupakan titik tertinggi di Melbourne, namanya Flagstaff Park. Dulunya tempat ini  adalah perkemahan orang Aborigin lokal. Lokasi ini di pilih karena dari titik ini, mereka bisa melihat dengan jelas sekelilingnya, dan juga karena dulu ada sebuah sungai kecil di yang membelah lokasi (sumber air minum). Waktu memang merubah segalanya, sekarang sekeliling tapak telah dibangun gedung pencakar langit dan hanya menyisakan sedikit viewpoint untuk menikmati panorama Melbourne dari ketinggian. Tour guidenya yang blasteran aborigin juga bercerita tentang sebuah gedung yang baru dibangun di sekitar taman dan menghalangi sinar matahari ke arah taman. Mendengar cerita ini, saya teringat cerita seorang dosen IPB tentang bangunan yang harus dipangkas karena mengganggu view sebuah taman bersejarah di Jepang. Ternyata di Melbourne pun masalah lanskapnya banyak.
bangunan tinggi menghalangi pemandangan sekitar.
Salah satu viewpoint yang tersisa
-Masih tentang lanskapnya, bukti keberadaan sungai di taman flagstaff ini dapat dilihat dari tanah yang becek. Sekuat apapun manusia ingin merubah suatu lanskap, walau dalam diam, alam tetap akan menunjukkan keasliannya. Sebatang pohon Eucaliptus (yang merupakan satu-satunya pohon indiginous di lokasi ini) juga membuktikan bahwa dahulunya di sini ada sebuah sungai, karena habitat asli dari pohon Eucaliptus ini adalah di sempadan sungai. Eucaliptus bagi orang aborigin memiliki banyak fungsi, dijadikan perkakas, bumerang, dan obat-obatan (seperti minyak kayu putih).
-Berbicara pohon, pohon-pohon di sini, layaknya orang australia, semuanya adalah pohon-pohon pendatang, eksotis, dibawa dengan sengaja atau tidak sengaja oleh para migran (baik manusia maupun burung-burung). Hanya satu Eucalyptus itu yang masih bertahan.
Pohon indigenous kawasan Melbourne (Eucalyptus)
-Konsep musim dalam aborigin juga berbeda. Mereka memiliki enam musim, bukan empat layaknya konsep barat. Dan setiap musim ditandai dengan tanda-tanda alam bunga tertentu mekar, atau jamur mulai tumbuh, burung mulai bersarang, halilintar mulai sering terjadi, lautan menjadi tidak bersahabat, dll. Banyak pengetahuan lokal ini yang digunakan di dunia modern. Kapan saat yang tepat mencari ikan atau lainnya. Ironis memang ketika sejarah Australia melihat orang Aborigin sebagai objek yang harus di 'modern'kan, sekarang mereka malah balik belajar dari nillai dan pengetahuan orang Aborigin.

-Banyak hal lain yang bisa pelajari dari kebudayaan orang lain, melihat ke sekeliling dan begitu banyak ragam itu, sebagai penutup saya beri link sebuah video musik (kakak saya yang memberi link ini). Lagu india, yang salah satu pemusiknya adalah orang Barat nice song

Ciao

No comments:

Post a Comment