"Malam ini sebelum tidur, kami dan mama mencoret satu angka lagi pada kelender yang digantung di samping tempat tidur."
Kemarin saya menelepon Ibu untuk mengucapkan selamat lebaran dan minta maaf atas segala kesalahan yang pernah saya lakukan. Pembicaraan mengalir dari satu topik ke topik lainnya. Sampai ibu membahas tentang jarak fisik antara beliau dan anak-anaknya sekarang ini. Ibu bilang walaupun ia sedih karena tidak bisa bersama saat lebaran dan beberapa waktu yang akan datang, tapi ia tidak pernah merasa menyesal tentang apapun. Ibu berujar ia telah mendayagunakan waktu-waktu berkualitas bersama kami sejak kecil, mengikuti setiap tahapnya dan menikmati setiap prosesnya. Dan ketika anak-anaknya telah dewasa harus pergi jauh menuntut ilmu, walaupun sedih, beliau tak merasa kehilangan momen-momen yang berharga.
Ibu bilang, bila sekarang ia melihat Ibu-ibu lain menggendong anak kecil dengan mesranya, hati kecilnya akan tersenyum dan berkata "aku pernah melewati masa-masa itu". Melihat Ibu lain berbelanja di pasar, sambil menggandeng anak-anaknya, Ibu pun akan tersenyum kembali.Maka nasehat yang Ibu berikan pada saya kemarin adalah, "Jika nanti kamu punya anak, nikmatilah masa-masa bersamanya, jangan terlalu sibuk dengan hal-hal lainnya, sedang waktu tak akan kembali, mustahil menciumi anak yang sudah besar.
Ibu kemudian kembali membongkar kenangan-kenangan lama yang tersimpan rapi dalam memorinya, Nostalgia kami cukup panjang tentang hal-hal yang dari masa kecil, bahkan masa-masa sebelum saya lahir. Entah mengapa kenangan-kenangan dari masa lalu itu begitu kerap di masa sekarang kata Ibu, mungkin rindu, atau mungkin karena tak begitu sibuk lagi Ibu sekarang. Satu dari beberapa yang hal Ibu ceritakan kemarin adalah bagaimana ia dan kedua kakak saya mencoret kalender setiap malam, menunggu ayah kami kembali dari tugas belajarnya di luar kota. Setiap malam ketika rasa takut datang, mereka bertiga membaca ayat kursi, dan ibu bilang karena itu pula lah kedua kakak saya bisa menghafal ayat kursi. Walaupun tidak berbagi kenangan yang sama tapi saya dapat melihat gambar yang jelas tentang masa-masa itu.
Saya bukanlah orang yang suka berbagi pengalaman-pengalaman pribadi kepada orang lain. Saya dan kakak saya memberi istilah perilaku ini dengan "Menjual Kehidupan Pribadi". Tapi pada satu titik saya takut kenangan-kenangan ini akan renta dimakan usia dan hilang dalam hiruk pikuk kegalauan hidup, hingga saya berfikir mungkin ide yang baik untuk mendokumentasikannya, berbagi pada beberapa orang dekat, dan kembali melihatnya ketika gambaran-gambaran kenangan itu mulai kabur.
Hubungan orang tua dan anak ini memang indah sekaligus rumit. Suatu kali dalam suatu kelas persiapan bahasa Inggris, setiap murid diminta presentasi mendadak dengan tema yang telah diacak. Ketika itu saya mendapat tema "Why you should NEVER have children", Saya langsung teringat tentang kisah Ibu saya dan anak-anaknya... "Pada akhirnya anak-anak akan pergi, dan orang tua akan kembali sendiri". Tapi kembali lagi pada apa yang Ibu bilang "Aku senang dan tak pernah menyesal, karena aku telah menghabiskan waktu-waktu terbaikku bersama kalian, tak ada yang hilang".
Ciao
No comments:
Post a Comment