Monday 11 April 2011

Mari Bicara Gender

Beberapa lalu saya melihat postingan teman di grup kelas saya (tentong famili) tentang lowongan kerja di san diego hill (kuburan elit itu), hanya saja lowongan itu khusus buat cowok saja.

Lalu salah satu teman kelas saya yang perempuan memberi komen di bawahnya, katanya curang, ini suatu
bentuk diskriminasi gender, kenapa harus cowok?

Terus, salah satu teman cowok saya menimpali di bawahnya. Katanya: karena kerjaan di lapang berat dan di kuburan pula. trus si teman perempuan tambah panas dan menimpali lagi: Siapa bilang perempuan gak bisa kerja di lapang?

Si teman laki-laki tadi menulis komentar lagi di bawahnya bercerita kalau dia dengar cerita tentang dua
teman sekelas kami yang lain, perempuan juga, yang sedang bekerja menjadi site manager di lapang. Si teman
lelaki tadi tak menjelaskan secara detail apa yang terjadi, tapi tersirat sepertinya kedua teman perempuan tadi telah membagi cerita mereka (kalau tak mau dibilang keluh kesah) tentang tantangan (kalau
tak mau dibilang rintangan) terkait pengalaman mereka (yang perempuan) bekerja di lapang. 

Terkait dari perdebatan yang sengit itu saya ingin membagi sedikit cerita tentang apa yang terjadi di sini
beberapa waktu lalu:

Ceritanya begini. Pagi itu para intern (saya, Rob, Katya, Ale, dan Andy) ditugaskan untuk nanam beberapa
tanaman di demonstration garden. Sebelum menuju ke sana kita mengambil tanaman dulu di greenhouse.
Setiap orang dapat jatah satu troli tanaman, khusus Rob, dia bawa Kawasaki. Troli Katya, Ale, dan Andy
udah penuh jadi mereka jalan duluan, saya belakangan. Setelah troli saya penuh, supervisor saya (Maura) yang perempuan mengambil alih troli saya dan mendorongnya, katanya dia mau 'excercise her arm'. Jadi jalanlah saya dengan melenggang tanpa bawa troli. Dalam perjalanan menuju lokasi, saya dan supervisor saya
melihat Katya, Ale, Andy berhenti, sepertinya mereka bingung memilih jalan, jelaslah ini hari pertama kami  kerja di demonstration garden.

Saya merasa tidak enak karena berjalan melenggang saja tanpa membawa apa-apa, maka saya berniat berlari menuju teman-teman saya itu, untuk membantu membawa salah satu troli. Lalu, supervisor saya bilang sesuatu
(tapi saya gak ngerti, jadi cuma senyam senyum saja), trus saat saya coba menuju ke teman2 itu lagi, saya dipanggil lagi sama supervisor saya. Kali ini saya mengerti ternyata si supervisor mengetahui gelagat saya yang akan membantu teman2 itu dengan trolinya, dan dia tidak mengizinkankannya. katanya kira-kira begini. 

Biarkan mereka membawa trolinya sendiri. Di sini, dalam bekerja, perempuan dan laki-laki sama saja, pekerjaan apapun harus bisa dilakukan baik laki-laki maupun perempuan". 'Ok' saya bilang, dan saya kembali jalan melenggang. Sang supervisor melaju dengan troli saya ke depan untuk menunjukkan jalan menuju demonstration garden pada kami.

(Kan saya mau jadi gentleman gitu ya ngebantu, tapi kok gak boleh sama supervisor saya, tapi gak apa-apa
niat baik aja udah dicatat pahalanya. he,,,,)

Kejadian ini si sederhana tapi paling gak membuat saya sedikit berfikir tentang masalah gender ini. Terkait
dengan ini pula, hari ini (saya, Rob, Katya, dan Ale) membersihkan sawdust (serbuk gergaji, saya kira ketika
pertama ketika supervisor saya bilang kata ini yang dimaksud adalah 'soda', trus yang terlintas di pikiran saya,
oo mungkin kaleng2 soda gitu, tapi kok gak nyambung ya?, terus ketika saya tanya rob eee ternyata saw dust bukan soda, maklumlah bahasa inggris saya belum ok, heee). Balik lagi ke ceritanya, yang ingin saya bilang di sini bahwa ini adalah pekerjaan yang lumayan berat tapi baik intern perempuan dan laki-laki sama-sama ditugaskan untuk ini. Ini ada beberapa foto yang diambil teman saya tentang pekerjaan ini:
 Ale sedang menyekop sawdust
Ale sedang nyekop juga
Disekop dan dimasukin ke dalam ember merah itu dan di angkat dituang ke kawasaki, atau boleh juga
langsung dibawa ke kawasaki. Ehm... memang ada si sekali-sekali keluh kesah, tapi ya begitulah bekerja di
sini.

Terkait dengan ini saya juga jadi ingat pesan Pak Beni kepada seorang teman (perempuan) yang juga sama-
sama magang di MJ Flora. Katanya begini "kamu harus kerja lebih giat dan cepat lagi, kamu bakal digaji dengan nilai yang sama dengan pekerja laki2, jadi kualitas dan kuantitas pekerjaanya harus sama".

Terkadang memang sulit untuk melihat ini dari sudut pandang yang benar, maksud saya terkadang masalahnya
bisa datang dari kedua belah pihak. Terkadang laki-laki dengan egonya yang besar ingin selalu ingin jadi
yang terbaik (superior) sehingga membuat perempuan sadar atau tidak sadar menjadi makhluk yang inferior.
Saya punya pengalaman pribadi tentang ini. Beberapa waktu lalu Ale minta diajarin mengemudi kawasaki (padahal saya juga gak ok2 banget bawanya, he...) trus saya biarkan dia belajar mengemudikannya dengan agak berat hati, setelah agak lama dan tidak berjalan mulus saya bilang sini biar saya yang mengemudi 
(superior thinking, biar laki2 aja yang nyetir. Di samping itu, dalam budaya kita aneh ya kalau laki2 yang duduk dibangku penumpang). Ketika sampai di rumah saya berfikir: "kok saya seperti itu?" (karena saya laki2 tentunya, he,,,). Seharusnya saya bisa melepaskan sedikit ego saya. 

Entah terkait atau terlepas Ale bilang pada lain waktu seperti ini: Kalau saya bisa belajar masak di sini, pastinya saya juga bisa belajar mengemudikan kawasaki itu. Jadi para perempuan semangatlah selalu, jangan mau dijajah, ha....ha....

Satu sudut pandang lain, kali ini dari perempuan yang mungkin keliru adalah ketika berfikir bahkan mengutarakan "Wah, saya kan perempuan, tak sanggup mengerjakan hal itu" Ayolah itu hanya di pikiranmu, atau hanya excuse saja (bagi yang marah, berarti Anda tipe yang seperti ini, he,,,,just kidding) gaji sama, kerjaan sama dong, itu yang namanya persamaan gender, bukankah begitu? he....

Oh ya sebagai penutup saya punya satu cerita lagi. Salah satu teman kelas saya (perempuan) ada yang bekerja di sebuah resort sekarang. Dia menjadi supervisor lanskap dan bekerja di lapang. Teman saya ini
orangnya fashionable sekali dan sangat peduli dengan kecantikan. Saya ingat ketika waktu kuliah dulu dia jadi bahan candaan dosen karena pake payung waktu praktikum menanam jagung di ladang. Tapi lihatlah
sekarang dia malah harus bekerja di lapang setiap hari dan dia enjoy-enjoy saja tuh (keluh kesah sedikit biasalah). Pertanyaannya: Apakah dia masih fashionable? Jelas, itu gayanya.

Apakah masih pakai payung? kalau bagian ini saya tidak tahu, he... tapi saya rasa tidak. Bukankah ada
ada sunblock atau apalah produk lainnya yang bisa melindungi agar tetap cantik. he,,,,
Maksud saya ayolah,, to be a girl is not kind of excuse. ha...ha...

Ayo teman2 (khususnya yang perempuan) semangat selalu apapun pekerjaan kalian

You are what you think :)

Titou

16 comments:

  1. tou ini cici ^^~11 April 2011 at 19:26

    kekekekekekeke.....
    nice posting
    jadi tu cewe mau "Excercise her arms"? machooo!!
    well....barat itu kan budaya feminisnya kenceng banget gila....sejak kecil cewe2nya udah dimindset buat jangan kalah sama cowo...makanya setelah dewasa byk yang berpikir ga masalah jadi single parents coz husband are not necesarry at all when you can do everything on your own...
    hm...sori kalo pandangan gue di atas salah karena gue hanya memantau amerika dari belahan dunia lain (sambil berharap suatu saat bisa menginjakkan kaki di sana)
    nah....kecenderungan feminisme itu sekarang juga udah terasa berhembus kencang di indonesia ketika jumlah penduduk perempuan menjadi lebih banyak dari laki-laki dan yang lebih utama adalah perempuan lebih banyak mengenyam pendidikan tinggi dibanding laki-laki...soo...mau ga mau pekerjaan yang lumrahnya dilakukan laki-laki terpaksa digawein perempuan juga kan karena adanya cuman cewe...mo gimana lagi dong...
    tapi walopun kesetaraan gender sering didengung-dengungkan di indonesia tetep ga bakalan bisa mencuci otak perempuan2 indonesia...
    karena kita punya agama dan dalam agama kita walaupun perempuan dimuliakan tapi tetep pemimpin itu harus laki-laki dan perempuan ga boleh keluar rumah tanpa izin suami kan?
    heheheheh...sorry for my random thoughs tou...gue pengen nyatuin semua kepingan ide di kelapa tapi jadinya malah begini...
    seandainya kita ngobrolin ini di Bengkel pasti seru deh....
    apalagi ngebahas Tante....kekekekeke....ah...kangen tante deh....

    ReplyDelete
  2. touu udah bacaa..
    yeaahh, seringnyaa diriku bilang g bisa padahal belom cobaaa >,<
    seneng deh tou baca pikiran lo, dmn ada manusia2 yg gw kenal, hhehe..
    keep share :)

    ReplyDelete
  3. heii touu...I agree with you... sebenernya bicara mengenai gender kebudayaan di negara kita memang masih menganut anggapan bahwa pekerjaan berat hanya untuk laki2,sedangkan perempuan cukup yg ringan2 saja (bahkan kalau perlu cukup berdiam diri d rmh mengurus keluarga). Padahal jaman sekarang sdh bnyk emansipasi wanita tp mgkin blm merata k semua bidang.(yg kamu mksud dgn 2 tmn perempuan--> is that me & aan?,hehe..). That's what i do..landscape supervisor is my job,people thouhgt that i'm too girly,too weak for this job. I was a model,and until now i'm still being a fashionholic, shoes collector(especialy high heels) n so girly.tp saya selalu mencoba utk mnjd profesional di bidang saya LANSCAPE ARCHITECTURE,saya selalu tertantang dgn hal2 baru..dan pastinya dgn selalu menyesuaikan diri dengn lingkungan dimana saya berada. Begitu jg di tempat kerja saya sekarang..saya harus menggunakan boots,topi lapang,dan kostum lapang(saat sdg bertugas),di saat saya hrs meeting dgn para head of deparment saya harus rapi mengenakan blazer dan sepatu hak tinggi.Pekerjaan disini menuntut saya hrs slalu bkrja scra teamwork baik intern dgn anak buah saya maupun dgn departemen2 lain,saya harus selalu mengontrol,memanage dan bkrjasama dgn 8 orang anak buah saya yg semuanya laki-laki dan usianya di atas saya semua.Begitulah kira2 bentuk emansipasi yg saya lakukan...:) jd bagi para perempuan dimanapun anda..jangan selalu merasa TIDAK MAMPU,tp tunjukkan eksistensi anda sbg perempuan yg SERBA BISA

    ReplyDelete
  4. tou...barusan intan yg berkomentar...hihiii ^-^

    ReplyDelete
  5. titis
    haha iya tou.. sering banget masalah gender dipermasalahkan.. lalu bagaimana menyelesaikannya. biasanya dari ownernya justru menginginkan lelaki yang ,mengerjakannya.. kalo sudah ada persaratan seperti itu, aku hanya bisa dalam hati oh mungkin ada pekerjaan dan rejeki lain untuk aku sebagai perempuan ,,, ;)
    makasih ya tou.. :D

    ReplyDelete
  6. dwica's speaking :
    haha, iyaa tou, ini kalo di kuliah gender (kpm) pasti ramaaii dibahas. bener juga yah, kadang kita dikotak-kotakin. cowo keja berat2, cewe cuman boleh di dapur *alesan cowo ga mau masak gini nih kadang2*. padahal kalo ada kemauan, semua pasti bisa. sayang kesempatan itu biasanya terbentur stereotipe yang terlanjur ada dan dianut masyarakat *duh ko jadi serius*. mudah2an ntar kita cewe2 bisa dapet kesempatan lebih untuk membuktikan diri kalo kita mampu (tapi sperti disebut di atas, keluh kesah dikit wajar ya? hihi)dengan tetep berpegang pada fitrah (imam tetep laki2) :D

    btw, apakah ale itu cewe?

    ReplyDelete
  7. wuaaaa telattt, baru komen ;p eheee, menarikkk... tapi itu udah terlanjur terjadi ya... aku nggak bsa komentar bnyk ;9 cuma senang membaca tulisanmu. menulis lagi yaaaaa :)
    oiya, kalo aku yang belum sanggup seminar ini bukan karena aku perempuan lho Tou :p

    ReplyDelete
  8. Tou,, syuper sekali ceritamu :)

    Hmm, teman2 lanskaperwati 43 (wati - kt ganti wanita,hehe) aku juga nggak terlalu sensitif masalah gender,,ternyata mengundang topik yang bisa dibahas seru ya,, Perkara pekerjaan di San Deigo itu memang requirement dari pihak management,, ibaratnya udah saklek,hehe..

    Mau sharing, di tempatku kerja sekarang cowok cewek tugasnya relatif sama: sama2 kerja di depan komputer, sesekali ke proyek melakukan tinjauan, dan berhubungan dg klien. Cowok cewek punya hak dan kewajiban yg sama, tapi beberapa memang jelas sekali perbedaannya,,untuk tugas ke proyek yg dirasa jauh cowoklah yg ditugaskan ke sana.

    Hm, cewek cowok memang beda c, jadi cewek nggak melulu mesti jago masak, kami para cowok juga nggak dosa turun ke dapur (ngambilin makanan gitu maksudnya,haha)...saling memahami peran masing2 aja,,

    nb: cowok itu seneng lho berguna dan bisa membantu si cewek :P

    ReplyDelete
  9. totally agree w/ your post. pacar saya selalu bilang 'kamu cewek udah kerja di bank aja, kan bagus tuh pake rok, pake make-up, ngga keringetan, bla bla..'. sekarang jaman emansipasi kali, derajat perempuan udah sama kaya laki2 (kecuali kalo dikeluarga kali ya). well move on to my girls! :)

    ReplyDelete
  10. Tou,,ini Hudi,,iseng komen ahh,,,
    klo ini dari sisi yang laen,,dari sisi kesetaraan gender thdp cowok,,
    Dulu awal2 gw d Hawaii sni kan nggak bisa masak, trus suatu kali gw ngobrol ama manajer&owner, trus nyinggung ttg masalah masak memasak.
    Gw crita klo gw nggak pernah masak,pas kuliah beli di warung,trus pas di rumah biasa di masakin Ibu. Eh mereka malah ngakak denger cerita gw yang dimasakin Ibu,,masak udah gede msih aja dimasakin..(*sial kata gw,,).
    Ternyata nggak cewek nggak cowok,kudu bisa masak di sni,,,nggak masak = nggak makan
    Yaaa,,,skrg wlw hasil masakan gw bisa dibilang masih nggak enak2 amat, tp setidaknya ampe skrg gw nggak pernah bermasalah dg perut gw,,hehe,,

    ReplyDelete
  11. hahahaha...

    emang bener, harusnya cwo n cwe ga usah di bedain.
    it's mean kalo cwe diperlakukan kayak cwo (dlm hal pembagian kerja) ga boleh marah.
    cwe harus menerima segala resiko kayak cwo. begitupun cwo. okeh..
    nice to read u'r posting tou

    ReplyDelete
  12. baru bacaaa... Benar itu,, gender bukan jd faktor penghalang profesi jmn skrg. Mslh kemampuan berbeda tergantung individu. Jd aneh rasany klo di indonesia msh ada perusahaan landscape yg hny butuh pria u/ profesi ttnt.

    ReplyDelete
  13. what an inspiring story tou! :)

    tp dlm bbrp hal gw stuju sama komen cici, negara kita dan disini tuh beda kultur kalo mnurut gw yah,, gw merasakan bgt disini jadi cewek gampang bgt, semua serba ada dan gampang didapet, ga pake ribet kaya di indo,, mau kmana2 aman (ini sih di kota t4 gw tinggal yah), ya maksud gw beda kondisi lah,, nahh, itu kalo lifestyle,, kalo kerjaan,, mmmm, ya gw udah ngerasain sih gimana rasanya kerja lapang, kalo blom biasa emang bakal krasa berat bgt dan pasti jadi mikir, 'ih, masa gw disuruh kerja bgini sih, gengsi gilaa,,' hehee (apa jgn2 cm gw aja yg mikir gini). tp pikiran itu muncul wkt gw masih training di indo dimana mostly worker cewek kerjanya yang ringan2 aja, jd gw ogah dong kerja yg berat2,, gw kan cewek,, hohoo,, tapi trus pas nyampe disini, everything's different. cewek2 juga ngangkut carts, nyetir moto, dll, so mau ga mau kultur kerja disini mempengaruhi cara berpikir gw juga dan gw pun harus mau dan harus bisa ngerjain tugas yg dikasi ke gw, even itu yg ringan atau yg berat. bener kata tou, cewek cowok kan dibayar dgn jml yg sama, that's why I have to work as hard as a guy! awalnya emang slalu ada rasa ga mampu ngejalanin, tp alhamdulilah udah sbulan ini gw masih survive dan mudah2an bisa terus sampe taun depan,, hihii..

    semangat perempuan2 indonesiah! ;)

    ReplyDelete
  14. Irvan:
    Saran buat cewek2: STOP SAYING "lady's first dooong..". Kadang2 cwok GEULEH dengernya..

    Kata2 ini boleh dipake klo emang dalam keadaan darurat bgt.. bukan pada kondisi pekerjaan dengan tanggung jawab yang sama antara cwo n cwe..

    ReplyDelete
  15. Thanx for your comment, mates. really appreciate it. See also my new posting

    ReplyDelete
  16. tou... seru ceritanya!!!


    sory gw baru baca nih.. telat banget ya??!! but, better late than never ^^

    well, memang bener c kta sendy n cici kalo culture di kita beda banget sama di luar sana especially USA. Tapi banyak perempuan indonesia yang menganut persamaan gender tersebut. menurut gw hal itu tentunya ada negatif dan positif nya.


    "Dimana bumi dipijak di situlah langit dijunjung" mungkin peribahasa itu yang kurang lebih dpat dijadikan acuan sebagai para wanita dalam melakukan sesuatu.

    ketika di luar rumah (dalam hal pekerjaan) mungkin peran wanita dapat menggantikan peran kerjaan laki2, but ketika seorang wanita di dalam keluarga (maksudnya udah nikah) dia harus brperilaku selayaknya seorang istri yng baik (karena posisi suami tetap seorang imam). gw setuju ama yang di katakan ama chan2 sebelumnya.

    dan... sekarang ketika gw internship di MJ Flora, gw selalu bersemangat untuk mencoba pekerjaan2 yang berat yang seharusnya dikerjain ama cowo2 (e.g. bawa rolly dari GH atas ke bawah, ngangkat karung media, panen and so on) walopun cuma sekali-kali tapi itu menjadi pengalaman. But, gw punya bad experience gw kejatuhan ulat super gede,,, spontan gw langsung jerit2 dengan diakhiri tangisan sampai menghebohkan orang2 MJ -______-" (secara gw takut banget ama makhluk itu) itulah keluar juga sifat kewanitaan gw. CW walau bagaimanapun pasti naluri ke-CW-an nya akan tetep ada dan keluar ketika saat2 tertentu.
    one day Pa Ben berkata kalo gaji pekerja MJ akan disamaratakan. para pekerja cowo pada protes " kenapa harus sama??? kan pekerjaan kita beda " selain itu juga mereka berkata bahwa dalam agama mereka laki-laki memiliki derajat lebih tinggi dari wanita. Pa Ben cuma senyum" aja dengan gayanya yng khas (maaf seperti menge**k) mungkin yang pernah tau Pa Ben you know lah he...


    yah .. jadi kemana2 deh ceritanya
    well,, actually gw setuju c dengan adanya persamaan gender "but have to feet in the right place"

    ^^ nice story tou

    ReplyDelete