Langit warna abu kelabu
Dan guyur kata tak henti-henti menghujam kepala
Namun tak satupun yang kerap terserap
Semuanya menggenang percik di lantai jalan yang senggang lengang
Kemanakah imaji akan menuntun janji
Kemanakah kata yang menggenang hilang
Akankah langit kelabu tersapu dan kata-kata kembali padu
Dan akankah ia kembali ke langit menguap di antara mata yang sembap
Aku menunggumu di simpang yang rapat pencakar langit
Aku menunggumu dengan sedikit berkedip
Karena lalu lalang lautan para pedansa terkadang membuat pandangku terhalang
Aku menunggumu dengan secangkir kopi dingin di tangan
Dan rintik hujan yang mulai membuatnya menjadi sedikit hambar
Kini hujan seperti mendebatku untuk luruh dan berteduh
Namunku bertahan walau harus banyak berkedip sebab mata diserbu bulir hujan yang tak sedikit
Sementara aku sedikit menggumam nada mengusir hujan agar segera reda
Agar kau tak perlu berhenti di lain hati
Dan kita bisa bertemu di simpang ini
Nanti...
No comments:
Post a Comment